Pages

November 06, 2009

Ayah, maafkanlah Aku

Dari millis tetangga, dapat kita jadikan sebagai bahan renungan.... .....

Ayah, maafkanlah Aku...


Entah sudah berapa kali aku menerima kiriman email berisi cerita
berikut ini. Namun setiap kali aku membacanya, air mata ini tak terasa
selalu berlinang. Semoga bisa jadi nasehat bagiku, dalam mendidik anak
ku. Berikut ceritanya…..
Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar
meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak
tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun.
Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena
sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas
buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di
halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun
mencoret lantai
tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari
marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru
ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak
jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan
kreativitasnya.
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin
menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan
maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan
ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya
mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si
pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil
yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama
lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus
menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" …. Pembantu rumah yang tersentak
dengan jeritan itu
berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya
merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi
diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Saya tidak
tahu..tuan." "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?"
hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari
kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Dita yg membuat gambar itu
ayahhh.. cantik …kan!" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja
seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang
ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya
berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apa
menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak
tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas
dengan hukuman yang dikenakan.
Pembantu rumah terbengong,
tdk tahu hrs berbuat apa… Si ayah cukup
lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri
anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah
tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.
Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak
kecil luka2 dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu.
Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga
menjerit-jerit menahan pedih saat luka2nya itu terkena air. Lalu si
pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan
anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah
tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan
obat saja!" jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang
menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi
pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak
pernah
menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari
bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam, Bu"…jawab pembantunya
ringkas. "Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu. Sebelum si ibu
masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat
anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu
kamar pembantunya. Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan
tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke
klinik.. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si
anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia
dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa
hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada
pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu
dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…"Ini
sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya
maka kedua tangannya harus
dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibu
bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia
berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air
mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat
persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius
yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan
melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan
ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat
mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara
dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya
lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita
sayang ayah.. sayang ibu.", katanya berulang kali membuat hati si
ibu
gagal menahan rasa sedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya
memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung
histeris.
"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak
akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?…
Bagaimana Dita mau bermain nanti?… Dita janji tdk akan mencoret2
mobil lagi, " katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar
kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah
terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada
akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan
ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski
sudah minta maaf…
Tahun demi tahun kedua orang tua tsb menahan kepedihan dan kehancuran
bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya
dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…,
Namun…., si Anak
dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tsb
tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..

Tidak ada komentar:

 
© Copyright BODAS PEKA JAWA BARAT 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all